Fenomena alam munculnya embun es atau Bun Upas di Dataran Tinggi Dieng, menjadi bencana sekaligus berkah. Bagi petani, bun upas mengancam tanaman kentangnya, namun bagi wisatawan, justru ingin melihat langsung munculnya es yang membeku ini.
- ABM Investama Berkomitmen Selalu Memberikan Transparansi Informasi
- UMKM di Salatiga Tumbuh 50 Persen
- Arus Mudik Lebaran, Bandara Adi Soemarmo Tambah Jam Operasional
Baca Juga
Alif Fauzi, salah satu pegiat wisata Dieng Kulon, ecamatan Batur Banjarnegara, mengungkapkan, kawasan Dieng yang mulai dibuka untuk umum tanggal 1 Agustus 2020 kemarin, sudah banyak dikunjungi wisatawan. Mereka rata-rata masih berasal dari Jateng dan Yogyakarta.
"Para wisatawan mengaku ingin menyaksikan fenomena embun es di sekitar Candi Arjuna Dieng. Mereka penasaran ingin melihat fenomena alam tersebut," kata Alif Fauzi yang juga ketua Kelompok Sadar Wisata ‘Dieng Pandawa’, kepada RMOLJateng, Minggu (2/8).
Namun, dibalik penasarannya para wisatawan yang ingin melihat embun beku, fenomena embun es menjadi momok para petani, khususnya petani kentang.
Tanaman kentang yang membutuhkan modal banyak, terancam mati layu jika terkena embun es secara terus menerus.
Kades Dieng Kulon, Slamet Budiono yang dihubungi terpisah mengungkapkan, sampai sejauh ini belum ada laporan petani kentang Dieng yang menginformasikan luasan tanaman kentangnya yang terkena imbas embun es.
"Saat ini, usia tanaman kentang sudah melewati satu bulan, jadi sudah begitu kuat menghadapi embun es. Munculnya embun es dalam beberapa hari ini, juga tidak terus menerus. Pada siang hari, ketika cuaca mulai panas, otomatis embun di situ akan segera hilang," ujarnya.
Sementara itu Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie mengatakan, pihaknya terus memantau fenomena embun upas atau embun beku yang muncul di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng.
"Kami terus memantaunya guna melakukan observasi dan penyebarluasan informasi kepada para pemangku kebijakan," kata Setyoajie.
Setyoajie mengungkapkan, fenomena embun upas memiliki kemungkinan kembali muncul mengingat puncak musim kemarau di wilayah ini diperkirakan berlangsung pada bulan Agustus.
Saat musim kemarau, Dataran Tinggi Dieng memiliki kelembaban udara yang tinggi, berbeda dari daerah lainnya di Jawa Tengah.
"Tingginya kelembaban udara tersebut akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan. Pola kelembaban udara harian di Dieng dapat menjadi jenuh atau terkondensasi menjelang pagi hari Pada saat inilah embun upas atau embun beku terbentuk," katanya.
- Pemkot Apresiasi Kontribusi Undip Majukan UMKM Kota Semarang
- Petugas Haji Banyumas Meninggal Saat Tugas Terima Santunan BPJS Ketenagakerjaan
- Stok di Pasaran Sukoharjo Minyak Goreng Kemasan 1 Liter Kosong